Senin, 01 Oktober 2012
Karya : Agus Suharjoko
DI SEBUAH DESA
KECIL, HIDUPLAH SEORANG ANAK LAKI-LAKI YANG BERNAMA BADRI. IA TINGGAL DI RUMAH
DENGAN IBUNYA. HIDUP MEREKA SANGAT MEMPRIHATINKAN, DAN HARTA YANG MEREKA MILIKI
HANYALAH SEEKOR SAPI TUA YANG PRODUKSI SUSUNYA MULAI BERKURANG
- SIMBOK :
Dri, besok
persediaan makan kita habis,
Dan persediaan hasil
pertanian kita dilumbung sudah habis. Sementara lahan yang kita miliki sudah semakin
sempit....
- BADRI :
Terus bagaimana
mbok??
Apa yang
harus lakukan?
- SIMBOK :
Besok sapi milik
kita satu-satunya kamu bawa ke pasar, uangnya kamu belikan benih jagung.
- BADRI :
Sapi
satu-satunya milik kita akan dijual?? Apakah sudah simbok pikirkan??
- SIMBOK :
Sudahlah... yang
penting kita masih bisa bertahan hidup.
Siapa tahu
tanaman jagung kita nanti bisa menghasilkan lebih banyak dari sebelumnya.
- BADRI :
Iya mbok...
besok saya ke pasar...
KEESOKAN HARINYA
- KAKEK :
Hai nak, mau
dibawa kemana sapi itu?
- BADRI :
Aku mau menjual
sapi itu ke pasar kek.
- KAKEK :
Oh... begitu...
Terus kenapa
sapimu mau kau jual?
Apakah kau
mencurinya??
- BADRI :
Oh... tidak
kek...
Aku disuruh
ibuku untuk menjual sapi ini karena dirumah tidak ada persediaan lagi untuk
makan..
- KAKEK :
“Maukah engkau menukar sapimu dengan kacang ajaib ini?
- BADRI :
Apa, menukar sebutir kacang dengan sapiku?
- KAKEK :
Jangan menghina, ya! Ini adalah kacang ajaib. Jika kau menanamnya dan membiarkannya semalam,
maka pagi harinya kacang ini akan tumbuh sampai ke langit.
- BADRI :
Jika begitu baiklah.
SELANJUTNYA BADRI LANGSUNG PULANG KE RUMAH SEMENTARA KAKEK ITU HILANG
DITELAN POHON BESAR
KEESOKAN HARINYA
ORANG-ORANG DIKAMPUNG SEMUA MEMBICARAKAN TENTANG HILANGNYA BADRI
- ORANG 1 :
Katanya
simboknya, parto membawa sapi tuanya ke pasar untuk dijual, tapi sudah 5 hari
ini parto tidak kembali lagi ke rumanya.
- ORANG 2 :
Menurut cerita
orang-orang, Badri dibawa Gendruwo ke hutan.
Dan menurut
cerita ada seorang kakek yang menginginkan sapinya dan diganti dengan sebutir
kacang...
Tapi entahlah...
- ORANG 3 :
Iya aku juga
dengar, bahwa itu semua gara-gara bu lurah membabat alas yang wingit untuk kepentingannya.
Makanya di desa
ini sekarang terjadi wabah pada anak-anak kita.
- ORANG – ORANG :
Oh... berarti
ini gara-gara bu lurah to?
Kalau begitu
kita parani aja bu lurah...
Setuju???
- ORANG 1 ,2 DAN 3 :
Setuju...
Ayo kita
bergerak
SEORANG HANSIP SIBUK MENGATUR
ORANG-ORANG YANG BERKELUH KESAH TENTANG ANAKNYA YANG SAKIT DAN TAK KUNJUNG
SEMBUH, MESKI SUDAH BEROBAT.
- HANSIP :
Lho ada apa ini
kok ribut-ribut
- ORANG 1 :
eh... pak hansip
jangan sembarangan yang situ bicara...., memang tidak tahu apa kalau kampung ini kena wabah
penyakit, terutama anak-anak kita...
- ORANG 2 :
Makanya sampeyan
itu jangan cuman duduk saja dikantor, turun keliling kampung supaya tahu
keadaan warganya...
- HANSIP :
Lha emang tugas
saya khan menjaga kantor, bukannya menjaga orang-orang desa sini, apalagi saya
tidak tahu apa-apa tentang semua ini
- ORANG 3 :
Makanya sampeyan
itu jangan petantang petenteng dengan tongkatnya saja, tapi cari tahu keadaan
warganya dan kasik tahu tuh bu Lurah kalau warganya sedang dilanda musibah...
- HANSIP :
Oh bgetoh...
Ok saya tak ke
kelurahan ngasih tahu bu lurah, dan kalian gak usah ribut-ribut biar saya yang
menyelasaikan ini semua...
- ORANG 1 :
Weh... kami
harus ikut
- ORANG 2 – 3 :
Kami semua wajib
ikut dan ingin bertemu langsung dengan bu lurah...
- HANSIP :
Weh...weh...weh...
gak usah
Biar saya saja
yang menyelesaikan dan kalian tunggu disini aja
HANSIP MAU
BERANJAK TIBA-TIBA BU LURAH LEWAT
MEREKA MENGERUMUNI BU
LURAH DENGAN
KEINGINAN YANG SAMA ‘MINTA PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DESA ATAS SAKITNYA
ANAK-ANAK MEREKA. ORANG-ORANG
MULAI SULIT DIATUR.DAN KADANG-KADANG ADA YANG BERTERIAK-TERIAK.
DENGAN GAYA SEORANG
PEJABAT HANSIP MENCOBA MENGAMANKAN SUASANA…..
- HANSIP :
Ibu-ibu, tolong
tertib…. karena kalo ibu-ibu bisa tertib maka semua urusan pasti lancar. Ada pepatah
mengatakan “orang sabar pasti subur”.
- ORANG 1 :
Bukannya kami tidak mau
sabar dan tertib Pak Hansip, terus terang kami ini bingung, gelisah dan mungkin
juga ketakutan.
- ORANG 2 :
Iya Pak…. Kami sudah tak
sabar lagi, ingin bicara langsung dengan bu lurah, tapi kenapa kami masih
dihalang-halangi
- ORANG 3 :
Pak Hansip sich….. gak
mengalami sendiri… coba kalo pak Hansip mengalami seperti kami……
- HANSIP :
Iya…. Saya paham, tapi
memang tugas kami harus mengamankan keadaan ini. Ada pepatah mengatakan,
“Keamanan sebagaian dari iman”.
- ORANG 3 :
Gak ada pepatah yang seperti
itu Pak… ah Hansip kok mengada ada.
- ORANG 1 :
Oke…oke, kawan-kawan kita
harus tertib agar tujuan kita kemari tercapai, bagaimana? Setuju………..?
36.
ORANG – ORANG :
(Menjawab serempak) Setuju……..!
HANSIP BERLAGAK
MENJADI PENENGAH DAN
HANSIP MENGHADAP
BU LURAH
37.
HANSIP :
Begini bu
lurah...
38.
ORANG 1 :
Langsung saja
pak Hansip, tidak usah berlagak seperti Humas
39.
HANSIP :
Tenang dulu,
karena kalau tidak tenang tidak akan selesai masalahnya..
40.
BU LURAH :
Ada apa kok
ribut-ribut??
Kamu
provokatornya ya??
41.
HANSIP :
Lho bukan begitu
bu lurah... Maksud saya....
42.
BU LURAH :
Lha iya,
kemarin-kemarin warga saya tenang dan sekarang gara-gara kamu,
semuanya ribut.
Ada apa
sebenarnya???
43.
HANSIP :
Begini bu
lurah...
44.
ORANG 2 :
Begana-begini,
gimana neh hansip
- ORANG 3 :
Kita bicara
langsung saja sama bu lurah, sudah tak tahan neh...
Begini bu
lurah...
- HANSIP :
Sebentar,
sabar... semua ada prosedurnya..
HANSIP AKAN
DIKEROYOK DAN LARI LALU BERADA DIBELAKANG BU LURAH
BU LURAH DENGAN GAYA KHAS SEORANG
KEPALA DESA .ORANG-ORANG
LANGSUNG TENANG, SESEKALI ADA YANG BERBISIK-BISIK PADA TEMANNYA.
47.
BU LURAH :
Iya….benar saya tahu apa yang terjadi
di desa kita ini. Dan, tadi malam kami perangkat desa sudah berembuk, berpikir,
bermusyawarah, tapi kata sepakat dalam menangani masalah ini
belum kami temukan.
ORANG-ORANG KECEWA… MEREKA
MULAI BERBICARA SATU SAMA LAIN.
- BU LURAH :
Karena kami belum bisa
memastikan, apa penyebab sakitnya anak-anak di desa ini…. Jangankan saya. Tabib yang menangani saja tidak bisa.
- HANSIP :
Karena ada pepatah
mengatakan “ ada penyakit pasti ada obatnya”.
- ORANG 1 :
Oleh sebab itu Bu…. Kami semua kesini ingin memberitahu bu lurah dan sekaligus meyakinkan bu lurah, Bahwa sakitnya anak-anak kami disebabkan
karena Pohon Besar tempat anak-anak kami bermain setiap hari ditebang.
- ORANG 2 :
Padahal pohon itu kan
pohon keramat….penunggunya jelas tidak terima diperlakukan seperti itu.
- ORANG 3 :
Dan dengar-dengar…. Dulu
di bawah pohon itu ada sebuah makam.
- BU LURAH :
Sodara-sodara…. Boleh kita
punya keyakinan seperti itu. Tapi itu semua tahayul…. Dan jangan
dibesar-besarkan. Toh…. Pohon itu ditebang juga untuk kepentingan bersama.
- ORANG 2 :
Maaf Bu lurah kepentingan bersama yang dimaksud…?
- BU LURAH :
Di tempat itu akan
dibangun POM BENSIN… yang akan memasok BBM
di desa kita. Jadi saudara-saudara nanti tidak usah jauh-jauh ke kota, untuk
beli bensin, apalagi sampek antri segala….
- ORANG 3 :
Itu khan yang punya sepeda
motor, dan yang punya mobil bu.
Kalau orang-orang
seperti kami ini…..
- HANSIP :
Ada pepatah mengatakan “
bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian” , masalah sepeda motor dan
mobil itu gampang. Yang penting Pom Bensinnya dulu disediakan. Begitu khan Bu Lurah.
- BU LURAH :
Sebenarnya
tidak sekedar itu… tapi dengan adanya Pom Bensin di Desa kita, akan menunjukkan
betapa nampaknya kemajuan desa kita ini. Kalau ada kunjungan dari kabupaten ke
desa kita misalnya, maka mobil Pak Bupati nanti tidak akan kerepotan mengisi
bahan bakar.
- ORANG 1 :
Iya… mungkin kami bisa
mengeti. Tapi kenapa mesti di tempat itu, apa gak ada tempat lain yang lebih
tepat.
- ORANG 2 :
Maaf Bu lurah…., Untuk pembangunan Pom
Bensin itu pengorbanan kami terlalu besar. Terus……, kata orang-orang pinter
pembangunan itu tidak berwawasan lingkungan.
- ORANG 3 :
Dan yang lebih penting
lagi, kami semua di sini yakin bahwa sakitnya anak-anak kami disebabkan karena
ditebangnya pohon itu. Jadi bu lurah sebagai
pemrakarsa penebangan pohon itu harus bertanggung jawab.
ORANG-ORANG
BERHAMBURAN MEMBERITAKAN ANAK-ANAKNYA SEMAKIN PARAH DAN KESURUPAN
62.
ORANG-ORANG :
Bu Lurah,
bagaimana ini... anak-anak kami dirumah semakin parah dan semuanya kesurupan..
- ORANG-ORANG :
Kami sudah tidak
bisa berupayah lagi...
Semua Bu lurah
yang harus bertanggung jawab.
Kalau tidak....
- HANSIP :
Tenang...
semuanya harus tenang....
KEMUDIAN ORANG-ORANG SEMUA
MENYAHUT SEREMPAK, SALING BEREBUTAN NGOMONG, SALING BEREBUT BERPENDAPAT
SEHINGGA SUASANANYA MENJADI GADUH. BU LURAH MERASA
KEBINGUNGAN MENGHADAPI
ORANG-ORANG ITU.
- HANSIP :
Saudara-saudara … saudara
diharap tenang …..tenang semua, karena ada pepatah…
- ORANG 2 :
Sudah …. Gak usah pakek
pepatah segala..!
- ORANG 3 :
Iya bu lurah … terus gimana ini…
- BU LURAH :
Tapi, apa hubungannya
penebangan pohon itu dengan anak-anak yang sakit.
Ini bagaimana… khan gak
mungkin
- ORANG 1 :
Bu Lurah…, tidak semua yang ada di dunia ini bisa dilogikakan.
Itu yang harus ibu pahami.
- BU LURAH :
Apa tidak sebaiknya kita
panggil Tabib
lagi, siapa tahu mungkin karena penyakitnya belum ditemukan.
- ORANG 3 :
Bu … sejak pohon Itu ditebang
satu
bulan yang
lalu, sejak itu pula anak kami badannya panas dan gatal, perutnya mual, kepala
pusing, kadang-kadang muntah..
- ORANG 1 :
Bu dan kata
orang tua...
Pohon besar itu
ada penunggunya dan disanalah si parto hilang waktu itu di bawa genderuwo.
Sampai sekarang
si Parto juga belum kembali.
- ORANG 2 :
Lalu beramai-ramai kami
bawa ke rumah tabib, karena selama satu bulan tidak ada keputusan
dari tabib apa
penyakitnya, akhirnya kami bawa pulang.
Dan sekarang ini sakitnya
semakin parah.
74.
BU LURAH :
Sebentar kami
akan musyawarah dulu di kelurahan..
Nanti
keputusannya akan saya sampaikan pada saudara-saudara.
ORANG-ORANG SEMAKIN GADUH, TAPI TIBA-TIBA BERHENTI
SEKETIKA KARENA PADA SAAT ITU MUNCUL PARTO.
- PARTO :
Bu, Parto tidak
akan lagi mengulangi apa yang parto lakukan selama ini?
- ORANG 1 :
Ada apa toh...
coba ceritakan, kenapa juga tubuh kamu sampai bertumbuh cabang-cabang pohon??
- BADRI :
Aku dibawa oleh
lelaki yang tubuhnya besar seperti raksasa dan aku mencuri dan merusak
barang-barangnya sehingga raksasa itu murka padaku.
- ORANG 2 :
Terus apa yang
dia katakan ?
- BADRI :
Kita dilarang
menebang pohon karena pohon-pohon itu bermanfaat buat kita.
- SIMBOK :
To jangan lagi kau melakukan hal yang menyeramkan seperti ini. Betapapun
miskinnya kita bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Dengan bersyukur kepada
Tuhan, pasti kita berdua akan hidup dengan baik.
- BADRI :
Maafkan saya mbok, mulai sekarang saya akan bekerja dengan sungguh-sungguh.
KERICUHAN DAN KEGADUHAN
ORANG-ORANG ITU SEMAKIN MEMUNCAK, TAPI TIBA-TIBA BER-
HENTI SEKETIKA, KARENA
PADA SAAT ITU MUNCUL ANAK-ANAK DARI BERBAGAI PENJURU YANG MENANGIS MENAHAN
SAKIT.
KARENA ADA YANG ANEH PADA
TUBUH ANAK-ANAK ITU.
DALAM TANGISNYA, MEREKA
BERBICARA TENTANG POHON YANG TINGGAL TONGGAKNYA, BURUNG YANG SELALU MENGITARI
TONGGAK ITU KARENA KEHILANGAN SARANG YANG BERISI ANAK-ANAKNYA. DAHAN YANG
MENJULUR SEBAGIA TEMPAT AYUNAN. MEREKA TERUS MENANGIS.
PADA SAAT BERIKUTNYA
TANGIS MEREKA BERHENTI DAN BERGANTI DENGAN NYANYIAN. SAMBIL BERNYANYI MEREKA
MEMBENTUK FORMASI POHON DAN JADILAH POHON.
- Black out -
0 komentar:
Posting Komentar